Gantung Saya di Monas!
Pernyataan tersebut seakan menjadi kata – kata yang kerap di perbincangkan oleh publik. Betapa tidak, pernyataan tersebut langsung di utarakan dari salah satu petinggi partai penguasa saat ini, Anas Urbaningrum pada saat wawancara dengan awak media. Pernyataan tersebut merupakan salah satu reaksi yang di keluarkan akibat desas - desus mengenai keterlibatannya dalam kasus yang telah menyeret nama mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M. Nazarudin sebagai tersangka.
Respon dari masyarakat sangat beragam. Ada yang menganggap bahwa itu merupakan salah satu upaya untuk membuktikan bahwa dirinya memang bersih. Bahkan ada pula yang menganggap bahwa itu semua hanya merupakan omong kosong belaka mengingat bukti – bukti di persidangan mengunggkapkan bahwa ada indikasi keterlibatan nya dalam kasus – kasus tersebut. Bahkan sangat sering terdengar dari M. Nazarudin bahwa Anas Urbaningrum terlibat.
Beda lagi dengan apa yang terjadi dalam sebuah acara yang bertajuk Indonesia Lawyers Club yang tayang pada selasa malam di TV One. Banyak kalangan yang di undang dalam acara tersebut. Mulai dari pengacara,anggota dewan,pengamat,dan aktivis anti korupsi. Namum sayang sekali acara yang di tonton berjuta pasang mata di seluruh negeri tak ubah nya sebagai sarana saling tikam demi kepentingan yang berbeda. Terlebih lagi terkesan memindahkan sidang ke dalam ruangan tersebut ( demikian menurut salah satu narasumber).
Satu hal yang sangat disesali mungkin oleh masyarakat adalah ketika meluap kata – kata yang tidak patut untuk di ungkapkan karna tidak ada sangkut pautnya dengan tema yang sedang di perbincangkan. Mulai dari membawa masalah pribadi pada masa lalu dan di ungkapkan di depan umum, mencela kubu lawan dengan sebutan mony*t lampung, mulut pelawak,dll. Hal tersebut sempat membuat kegaduhan dalam ruang diskusi.
Patut Bapak – Bapak Yang Terhormat sadari, itu bukan merupakan hal yang baik. Terlebih lagi di negara yang kata nya berdemokrasi. Kami yakin, bapak – bapak merupakan orang yang ahli dan berwawasan tinggi di bandingkan Kami. Maka, tolong ajari kami cara yang benar dalam berdemokrasi, etika dan profesionalitas dalam penyampaian pendapat, saling menghargai pendapat walaupun dari kubu dan kepentingan yang bersebrangan. Semua itu demi kemajuan demokrasi di negara yang kita cintai ini.